Image and video hosting by TinyPic

Senin, 29 Maret 2010

Kegigihan Sultan Abdul Hamid II


Mulanya, gerakan Zionis berharap mendapatkan wilayah Palestina secara sukarela dari penguasa Utsmani, yang ketika itu dipimpin oleh Sultan Abdul Hamid II (memerintah 1876-1909). Tak lama setelah menerbitkan bukunya, Der Judenstaat, Herzl ke Istambul menemui Perdana Menteri Utsmani dan mempresentasikan rencana pendirian Palestina sebagai tanah air kaum Yahudi. Ia menawarkan bantuan untuk melunasi utang negara Utsmani. Herzl juga melobi Kaisar Austria Wilhelm II yang berhubungan baik dengan Sultan Abdul Hamid II. Kaisar Austria setuju dengan gagasan Herzl dan merekomendasikan rencana Herzl kepada Sultan. Sultan menolak keras tawaran Herzl. (Dari buku Wajah Peradaban Barat: Dari Hegemoni Kristen ke Dominasi Sekular-Liberal, Adian Husaini (Jakarta: Gema Insani, 2005), hlm. 58-78)



Lihat sikap Sultan Abdul Hamid II, dia menolak menyerahkan Palestina kepada Yahudi Zionis. Bahkan dia berkata, “Palestina bukanlah hanya milik seseorang yang dapat dikuasai, namun Palestina milik Islam.” Suatu sikap yang jelas, sikap terhadap musuh Islam.

Sikap Sultan Abdul Hamid II berbeda dengan sikap penguasa Palestina sekarang yang mau berdamai dengan Israel, walaupun tanah air Palestina masih digenggaman Israel.

Sikap Sultan Abdul Hamid II berbeda dengan sikap para penguasa yang ingin membuka hubungan diplomatik dengan Israel. Padahal dampak dari membuka hubungan diplomatik ini akan memperkuat Israel dalam memerangi Palestina.

Sultan Abdul Hamid II menggambarkan keyakinannya tentang penyatuan dunia Islam dengan kata-kata,
“Kita wajib memperkuat ikatan dengan umat Islam yang lain di pelbagai tempat. Kita wajib memperluas hubungan akrab sebahagian daripada kita dengan lainnya, sehingga cita-cita kita di masa depan akan berhasil dengan persatuan itu. Memang waktunya masih belum terjadi, tetapi tetap akan terjadi. Apabila seluruh kaum mukminin di dunia berhasil disatukan, mereka akan bangkit secara serentak serta akan berdiri tegak sekelompok lelaki sehingga mampu menghancurkan kekuatan orang-orang kafir.” (dari buku Catatan Harian Sultan Abdul Hamid II, karya Dr Muhammad Harb/kakibuku.blogspot.com)

Kemudian Sultan Abdul Hamid II membangun rel kereta api di Hijjaz untuk mewujudkan pemikirannya tentang penyatuan Islam, seraya berkata, “Aku amat berharap dapat menyelesaikan rel kereta api di antara Damaskus dan Makkah dalam waktu yang sangat cepat… Dengan kemudahan ini kita dapat memperkuat ikatan di antara kaum Muslim, sehingga dapat digunakan (setelah ikatan diperkuat) untuk menghancurkan berbagai pengkhianatan dan tipu daya Inggris.” (dari buku Catatan Harian Sultan Abdul Hamid II, karya Dr Muhammad Harb/kakibuku.blogspot.com)

Dua ucapan Sultan Abdul Hamid II ini nampaknya perlu diperhatikan seluruh kaum muslimin. Kaum muslimin sedunia harus bersatu demi mengembalikan Palestina ke pangkuan kaum muslimin. (arnab)

0 komentar:

Posting Komentar

Masih kurang jelas? Tuliskan komentar / pertanyaanmu disini!

Spirit of Revolution © 2008. Design by :Yanku Templates Sponsored by: Tutorial87 Commentcute