Image and video hosting by TinyPic

Sabtu, 10 Juli 2010

Al – Aqsha, Saksi Bisu Peristiwa Isra’ Mi’raj

Hari ini, Sabtu 10 Juli 2010 M yang bertepatan dengan tanggal 27 Rajab 1431 H, terulanglah peringatan Isra’ Mi’raj. Masyarakat Dunia memperingatinya sebagai hari yang istimewa, tak terkecuali Indonesia yang menggunakan cara bermacam – macam. Ada yang mengadakan kajian, bersenandung, dan lainnya. Semua mempunyai hikmah berarti bagi kita semua. Tapi tak lepas dari kemusyrikan, beberapa ada yang masih membuat “ sesajian “. Na’uudzubillah min dzaalik.
Al – Aqsha, Saksi Peristiwa
Al – Aqsha, masjid ini punya sejarah dahulu kala, hingga kini. Masjid ini adalah salah satu masjid yang namanya disebut dalam Al – Qur’an. Tak heran, namanya begitu masyhur, terkenal di seantero dunia. Dibangun pada masa Nabi Ibrahim, dan mengalami renovasi besar – besaran pada masa Abdul Malik bin Marwan, Khalifah pada masa Dinasti Bani Umayyah. Hingga menjadi sebuah kompleks “ Baitul Maqdis ”yang indah.
Di tempat ini, Rasulullah Muhammad SAW pernah singgah disini untuk Shalat Tahajud dalam peristiwa Isra’ Mi’raj sebelum naik ke Arsy bersama Jibril. Mengendarai buraq, langsung menuju ke Sidratul Muntaha. Kemudian dilanjutkan naik ke Baitul Makmur, dan seterusnya hingga turun perintah Shalat Fardhu yang terdiri dari 5 waktu. Sebelumnya, perjalanan dimulai dari Masjidil Haram di Mekkah.
Mengapa dalam peristiwa itu Rasul diperjalankan ke Masjidil Aqsa? Kenapa tidak langsung ke langit saja? Ada beberapa hal hikmahnya, antara lain:
  1. Bahwa Nabi Muhammad adalah satu-satunya Nabi dari golongan Ibrahim AS yang berasal dari Ismail AS, sedangkan Nabi lainnya adalah berasal dari Ishaq AS. Inilah yang menyebabkan Yahudi dan Kristen menolak Nabi Muhammad, karena mereka melihat asal usul keturunannya (nasab). Alasan mereka itu sangat tidak ilmiah, dan kalau memang benar, mereka berarti rasialis, karena melihat orang itu dari keturunannya. Hikmah lainnya adalah, bahwa Nabi Muhammad berda'wah di Makkah, sedangkan Nabi yang lain berda'wah di sekitar Palestina. Kalau dibiarkan saja, orang lain akan menuduh Muhammad SAW sebagai orang yang tidak ada hubungannya dengan "golongan" Ibrahim dan merupakan sempalan. Bagi kita sebagai muslim, tidaklah melihat orang itu dari asal usulnya, tapi dari ajarannya.
  2. Hikmah berikutnya adalah, Allah dengan segala ilmu-Nya mengetahui bahwa Masjidil Aqsa adalah akan menjadi sumber sengketa sepanjang zaman setelah itu. Mungkin Allah ingin menjadikan tempat ini sebagai "pembangkit" ruhul jihad kaum muslimin. Kadangkala, kalau tiada lawan itu semangat jihad kaum muslimin "melemah" karena terlena, dan dengan adanya sengketa tersebut, semangat jihad kaum muslimin terus terjaga dan terbina.
  3. Berikutnya, Allah ingin memperlihatkan sebagian tanda-tanda kebesaran-Nya kepada Nabi SAW. Pada Al Qur'an surat An Najm ayat 12, terdapat kata "Yaro" dalam bahasa Arab yang artinya "menyaksikan langsung". Berbeda dengan kata "Syahida", yang berarti menyaksikan tapi tidak musti secara langsung. Allah memperlihatkan sebagian tanda-tanda kebesaran-Nya itu secara langsung, karena pada saat itu da'wah Nabi sedang pada masa sulit, penuh duka cita. Oleh karena itulah pada peristiwa tersebut Nabi Muhammad juga dipertemukan dengan Nabi-nabi sebelumnya, agar Muhammad SAW juga bisa melihat bahwa Nabi yang sebelumnya pun mengalami masa-masa sulit, sehingga Nabi SAW bertambah motivasi dan semangatnya. Hal ini juga merupakan pelajaran bagi kita yang mengaku sebagai da'i, bahwa dalam kesulitan da'wah itu bukan berarti Allah tidak mendengar.
Si Kubah Biru yang Terombak
Sayang, kondisinya kini sangat tak baik. Nasibnya suram, sama halnya dengan negeri Palestin yang dijajah oleh gerombolan bangsa monyet, Israel LA ( Laknatullah ‘Alaih. ) Kini, kawasan Al – Aqsha diblokir oleh mereka. Dan kabarnya, sedang dilakukan penggalian untuk mencari harta karun Nabi Sulaiman. Mereka meyakini harta tersebut tersembunyi dibawah kawasan tersebut. Tujuan tak lepas dari persiapan Armageddon, ataupun New World Order.
Tak hanya itu, sebelumnya juga terjadi “ Pencucian “ oleh media. Pada anggapan masyarakat, Masjid Al – Aqsha adalah masjid dengan kubah berwarna Emas. Padahal, sebenarnya bangunan itu merupakan Kubah As Sakhrah atau Dome of Rock. Sedangkan Al – Aqsha adalah masjid yang punya kubah berwarna biru. Hal itu pernah disabdakan dalam sebuah Hadis pula. Hal ini menyurutkan semangat umat Islam melihat bangunan yang mereka anggap sebagai Masjid Al – Aqsha terlihat megah. Padahal dalam kenyataan, masjid ini bagaikan sebuah bangunan yang hilang kekokohannya.
Bebaskan Al – Aqsha!
Hukum berjihad membebaskah al-Aqsha adalah fardhu kifayah, sebagaimana mengurus jenazah. Jila tidak dikuburkan maka seluruh umat Islam di sekitarnya akan menanggung dosa. Hal itulah yang dikatakan oleh Seorang Mubaligh bernama Muhyiddin Hamidy. Dalilnya ada pada surat al-Isra ayat 1: “Maha suci Allah yang telah memperjalankan hamba-Nya di malam hari dari masjid Haram ke masjid al-Aqsha yang diberkati sekelilingnya, untuk ditunjukkan tanda-tanda kebesaran-Nya, Dia Maha Mendengar dan Maha Melihat.” Ayat ini menerangkan, seluruh umat Islam di manapun berada harus memakmurkan Masjid al-Aqsha. Apalagi, dalam bulan Ramadhan, umat Islam disunahkan beritikaf. Akan lebih afdhol jika dijalankan di Masjid al-Aqsha. Kedua, surat al-Imran ayat 103: “Dan berpegang teguhlah kamu sekalian dengan tali Allah seraya berjamaah dan jangan berpecah belah…” Ayat ini memerintahkan agar umat Islam bersatu mengatasi berbagai persoalan, termasuk membebaskan Masjid al-Aqsha dari cengkraman Zionis.
Dengan semangat Isra’ Mi’raj, wahai kaum Muslimin, bersatulah! Sesungguhnya kemenangan sudah amat dekat, dan Khilafah akan segera tegak kembali!

0 komentar:

Posting Komentar

Masih kurang jelas? Tuliskan komentar / pertanyaanmu disini!

Spirit of Revolution © 2008. Design by :Yanku Templates Sponsored by: Tutorial87 Commentcute