Image and video hosting by TinyPic

Sabtu, 21 Mei 2011

Pluralisme, virus "ganas" yang melanda masyarakat

Alhamdulillah, setelah beberapa minggu ini pemilik nggak bisa ngisi (yang disebabkan oleh kesibukan), akhirnya hasratku untuk menulis lagi tercurah. Dan kali ini, aku akan menceritakan sebuah kisah nyata yang pernah ku alami. Dimana peristiwa ini terjadi tepat seminggu yang lalu (14 Mei 2011).

Setelah Ashar, aku sedang menikmati pemandangan sore hari diteras Masjid Al Falah (lokasi di Jalan Bandung, Malang.) Sore itu berbeda dengan sore yang lain, karena hujan tidak turun (mungkin si awan pengen fitness kali, nahan uap air biar kekar. hehehe...) Tiba - tiba datang sosok pria paruh baya mendekatiku dan mengajakku berbicara. Sebut saja beliau dengan Pak G.



Pak G : " Mas, pengumuman kelulusan SMA kira - kira kapan ya?"
Aku : " Oh, saya nggaktau pak. Mungkin bisa jadi tadi, atau minggu depan. "
Pak G : " Emangnya mas bukan anak MAN 3 sini ya? "
Aku : " Bukan, pak. Saya sekolah ditetangganya, masih SMP. "

Terjadilah pembicaraan yang sangat panjang, sehingga pembicaraan perlu di-cut biar nggak terlalu panjang (LOL).

Pak G : " Nanti kalo SMA pengen lanjut kemana, mas? "
Aku : " Saya nanti pengen ke *piip pak. Doakan saja ya, pak. "
Pak G : " Anak saya yang SMA juga dulu pingin kesana, tapi biayanya mahal, sekitar 6juta. Sudah begitu harus dibayar kontan, nggak bisa dicicil. "
Aku : " Iya pak, sekarang emang jamannya sistem kapitalisme. Termasuk pendidikan, jadinya yang nggak punya malah nggak punya kesempatan. "
Pak G : " Hidup jaman sekarang susah, mas. Saya kerja banting tulang pulang balik nyopir Batu - Surabaya buat nyari uang halal. " (pikirku, hebat juga bapak ini?)
Aku : (dengan nada tertawa) " Yang enak jaman sekarang jadi anggota DPR, pak. Kerjanya datang-duduk-dengkur-duit. Nggak heran kalo badannya gemuk - gemuk, merasin uang rakyat. Nanti di akherat mereka bakal ditanyain ngapain aja dulu. Apalagi yang paling tinggi, itu pak *piip (sebut aja sendiri.) Tanggung jawabnya gede. "
Pak G : " Semua juga, mas. Termasuk saya juga nanti ditanyai. Justru kepala keluarga yang tanggung jawabnya besar. Kalo anak saya itu nggak jadi anak soleh saya yang bahaya. "
Aku : " Lho, jelas lebih bahaya pemimpinnya dong, pak. "
Pak G : " ooo.. nggak bisa. Semua itu pemimpin. Mas kalo sudah besar kan nanti juga jadi pemimpin, keluarga pasti. "

Nah, coba kita renungkan. Presiden ngurusin rakyat, dan seorang bapak ngurusin keluarganya. Kedua hal ini bisa jadi ladang pahala buat kita, atau justru menjerumuskan kita. Melihat keadaan sekarang, menurut anda (baca : pembaca) mana dosa yang paling besar kalo keduanya gagal membina apa yang diurusi? Presiden atau seorang Bapak? Jelas Presiden, kan? Mereka yang paling pertama masuk surga atau neraka. Nggak bisa dibayangkan berapa dosa yang ditanggung!

Pak G : " Dulu itu padahal sekolah nggak kaya gini lho mas. Kalo dulu sekolah itu enak. "
Aku : " Beneran, pak? "
Pak G : " Iya, bahkan saya pernah masuk sekolah katolik di SMA pun juga enak. "
Aku : " ooo.. "
Pak G : " Sebenarnya agama apapun itu sama, asalkan tujuannya sama, ke Allah. Kalo berislam sendiri saya biasanya hadir di majelis taklim, lalu saya bandingkan mana yang benar dan nggak."
Aku : " Sebentar pak, semua agama itu sama!? "
Pak G : " Oh iya, mas. "
Aku : " Terus, kenapa dulu bapak nggak masuk agama katolik aja? "
Pak G : " Ya... ( mikir dulu lama) Saya ini turunan islam bangil garis keras, mas! "

Walah, ternyata ngislam cuma dipahami keturunan aja. Berarti kalo bapak/ibunya nggak islam, ikutan juga? Penyakit orang indonesia nih, sukanya mbebek terus, nggaktau apa yang diikuti. Iya kalo yang diikuti bener. Kalo salah? Ke jurang gimana?

Pluralisme, ya itu namanya. Bapak ini menganggap agama seperti itu. Apa aja bener, pokok tujuannya sama. Kalo gitu, senin ke vihara, jumat ke masjid, sabtu ke loji, minggu ke gereja. Ke laut aja pak!

Islam saat ini nggak dipahami sebagai diin yang haq sama pemeluknya sendiri. Kemana iman mereka? Padahal umat islam bisa maju (dengan jumlah yang banyak ini) dengan landasan keimanan, bukan kapitalisme atau sosialisme yang nggak sesuai sama fitrah manusia. Duh, virus yang disebarkan Gus Dur ini sangat berbahaya!

Miris kan liat keadaan umat Islam saat ini? Maka buat pembaca yang tahu, menjadi tanggung jawab buat kita untuk menyadarkan mereka. Satu lagi, Islam harus bersatu. Satukan islam dibawah sebuah kepemimpinan yang pasti. Kalo aku jadi pembaca semua, aku bakal segera merubah diriku dan menyadarkan mereka.

2 komentar:

Inas Fadil Basymeleh mengatakan...

good story!! pengalaman yang sangat berharga. merubah diri sendiri dan menyadarkan mereka.

Unknown mengatakan...

Yup, thanks senior! keep moving!

Posting Komentar

Masih kurang jelas? Tuliskan komentar / pertanyaanmu disini!

Spirit of Revolution © 2008. Design by :Yanku Templates Sponsored by: Tutorial87 Commentcute